LABIOSKIZIS, LABIO PALATOSKIZIS DAN ATRESIA ESOFAGUS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LatarBelakang
           Kelainan bawaan (kelainan kongenintal) adalah suatu kelainan pada ketidaksempurnaan pada penyambungan bibir bagian atas yang biasanya berlokasi tepat dibawah hidung.Labioskizis dan labiopalatoskizis adalah anomali perkembangan pada 1 dari 1.000 kelahiran. Kelainan bawaan ini berkaitan dengan riwayat keluarga, infeksi virus pada ibu hamil trimester I. jika tidak diobati akan terjadin kesulitan dalam berbicara pada anak.
Labioskiziz atau yang lebih dikenal dengan sebutan bibir sumbing, merupakan masalah yang di alamai oleh sebagian kecil masyarakat. Setiap tahun, diperkirakan 700-10.000 bayi lahir dengan keadaan bibir sumbing..
            Atresia esophagus merupakan kelainan kongenital yang ditandai dengan tidak menyambungnya esophagus bagian proksimal dengan esophagus bagian distal. Atresia esophagus dapat terjadi bersama fistula trakeo esofagus, yaitu kelainan congenital dimana terjadi persambungan abnormal antara esophagus dengan trakea. Atresia Esofagus meliputi kelompok kelainan congenital terdiri dari gangguan kontuinitas esophagus dengan atau tanpa hubungan dengan trakhea. Atresia esophagus merupakan kelainan kongenital yang cukup sering dengan insidensi rata-rata sekitar 1 setiap 2500 hingga 3000 kelahiran hidup. Insidensi atresia esophagus di Amerika Serikat 1 kasussetiap 3000 kelahiran hidup. Di dunia, insidensi bervariasi dari 0,4-3,6 per 10.000 kelahiran hidup. Insidensi tertinggi terdapat di Finlandia yaitu 1 kasus dalam 2500 kelahiran hidup.Masalah pada atresia esophagus adalah ketidak mampuan untuk menelan, makansecara normal, bahaya aspirasi termasuk karena saliva sendiri dan sekresi dari lambung.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa itu labioskizis atau labiopalatoskizis.
2.      Apa penyebab dari labioskizis atau labiopalatokizis
3.      Bagaimana cara mengatasi masalah labioskizis atau labiopalatoskizis
4.      Apa pengertian atresia esofagus
5.      Apa penyebab dari atresia esofagus
6.      Bagaiman cara mengatasi  masalah atresia esofagus

1.3  Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahuilabioskizis atau labiopalatoskizis.
2.      Untuk mengetahui apa penyebab dari labioskizis atau labiopalatokizis
3.      Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi masalah labioskizis atau labiopalatoskizis
4.      Untuk memahami pengertian atresia esofagus
5.      Untuk mengetahui penyebab dari atresia esofagus
6.      Untuk mengetahui cara mengatasi masalah atresia esofagus








BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Labioskizis atau Labiopalatoskizis
Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang dilikuti disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior. Sedangkan Palatoskizis adalah kelainan congenital sumbing akibat kegagalan fusi palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi dengan septum nasi. ( Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita, 2010)
Labioskizisatau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu kondisi dimana terdapatnya celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat berupa takik kecil pada bahagian bibir yang berwarna sampai pada pemisahan komplit satu atau dua sisi bibir memanjang dari bibir ke hidung.
Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada palatum yang terjadi karenakegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik.Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan embrional di mana biir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu.
Labioskizis dan labiopalatoskizis adalah anomali perkembangan pada 1 dari 1000 kelahiran. Kelainan bawaan ini berkaitan dengan riwayat keluarga, infeksi virus pada ibu hamil trimester pertama.Labioskizis/labiopalatoskizis yaitu kelainan kotak palatine (bagian depan serta samping muka serta langit-langit mulut) tidak menutup dengan sempurna.


Ø  Klasifikasi
1.      Klasifikasi berdasarkan organ yang terlibat
   v  Celah di bibir ( labioskizis )
   v  Celah di gusi ( gnatoskizis )
   v  Celah di langit ( palatoskizis )
vCelah dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya terjadi di bibir dan langit langit (labiopalatoskizis) 
2.     Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk
Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat.
Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui adalah :
v  Unilateral Incomplete yaitu jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
v  Unilateral Complete yaitu jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
v  Bilateral Complete yaitu Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memnajang hingga ke hidung.







2.2 PenyebabLabioskizis atau Labiopalatoskizis
Umumnya kelainan kongenital ini berdiri sendiri dan penyebabnya tidak diketahui dengan jelas. Selain itu dikenal dengan beberapa syndrom atau malformasi yang disertai adanya sumbing bibir, sumbing palatum atau keduanya yang disebut kelompok syndrom clefts dan kelompok sumbing yang berdiri sendiri non syndromik clefts.
Beberapa cindromik clefts adalah sumbing yang terjadi pada kelainan kromosom ( trysomit 13, 18, atau 21 ) mutasi genetik atau kejadian sumbing yang berhubungan dengan akobat toksisitas selama kehamilan ( kecanduan alkohol ), terapi fenitoin, infeksi rubella, sumbing yang ditemukan pada syndrom pierrerobin, penyebab non sindromik clefts dafat bersifat multifaktorial seperti masalah genetik dan pengaruh lingkungan.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing. faktor tersebut antara lain , yaitu :
1.      Faktor Genetik atau keturunan Dimana material genetic dalam kromosom yang mempengaruhi/. Dimana dapat terjadi karena adanya mutasi gen ataupun kelainan kromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex (kromosom 1 s/d 22 ) dan 1 pasang kromosom sex ( kromosom X dan Y ) yang menentukan jenis kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total kromosom pada tiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan otak, jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir. 
2.      Kurang Nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C pada waktu hamil, kekuranganasam folat.
3.    Radiasi
4.  Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.
5.  Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi rubella  dan sifilis, toxoplasmosis dan klamidia.
6.  Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi penitonin.
7.   Multifaktoral dan mutasi genetic.
8.   Diplasia ektodermal 
9.   Syndrome atau malformasi yang disertai adanya sumbing bibir, sumbing palatum atau keduanya disebut kelompok syndrome cleft dan kelompok sumbing yang berdiri sendiri non syndromik clefts.
10.  Beberapa syndromik cleft adalah sumbing yang terjadi pada kelainan kromosom (trysomit 13, 18 atau 21) mutasi genetik atau kejadian sumbing yang berhubungan dengan akibat toksikosis selama kehamilan (kecanduan alkohol, terapi fenitoin, infeksi rubella, sumbing yang ditemukan pada syndrome peirrerobin)
Ø Tanda dan Gejala
1.      Terjadi pemisahan langit-langut
2.      Terjadi pemisahan bibir
3.      Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit
4.      Infeksi telinga berulang, berat badan tidak bertambah
5.      Pada bayi tidak terjadi regurgitas nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air susu dari hidung.


2.3 Penanganan Masalah Labioskiziz dan Labiospalakiziz
            Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat, dan bebas dari infeksi oral pada saluran napas dan sistemik. Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk melakukan operasi bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh (rules of Ten) yaitu, Berat badan bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10 minggu dan kadar leukosit minimal 10.000/ui. 
Ada tiga tahap penatalaksanaan labioschisis yaitu :
1.  Tahap sebelum operasi
Pada tahap sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi menerima tindakan operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari keseimbangan berat badan yang dicapai dan usia yang memadai. Patokan yang biasa dipakai adalah rule of ten meliputi berat badan lebih dari 10 pounds atau sekitar 4-5 kg , Hb lebih dari 10 gr % dan usia lebih dari 10 minggu , jika bayi belum mencapai rule of ten ada beberapa nasehat yang harus diberikan pada orang tua agar kelainan dan komplikasi yang terjadi tidak bertambah parah. Misalnya memberi minum harus dengan dot khusus dimana ketika dot dibalik susu dapat memancar keluar sendiri dengan jumlah yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga membuat bayi tersedak atau terlalu kecil sehingga membuat asupan gizi menjadi tidak cukup, jika dot dengan besar lubang khusus ini tidak tersedia bayi cukup diberi minum dengan bantuan sendok secara perlahan dalam posisi setengah duduk atau tegak untuk menghindari masuknya susu melewati langit-langit yang terbelah.
Selain itu celah pada bibir harus direkatkan dengan menggunakan plester khusus non alergenik untuk menjaga agar celah pada bibir menjadi tidak terlalu jauh akibat proses tumbuh kembang yang menyebabkan menonjolnya gusi kearah depan (protrusio pre maxilla) akibat dorongan lidah pada prolabium , karena jika hal ini terjadi tindakan koreksi pada saat operasi akan menjadi sulit dan secara kosmetika hasil akhir yang didapat tidak sempurna. Plester non alergenik tadi harus tetap direkatkan sampai waktu operasi tiba.
2.      Tahap sewaktu operasi
Tahapan selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat ini yang diperhatikan adalah soal kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa diputuskan oleh seorang ahli bedah Usia optimal untuk operasi bibir sumbing ( labioplasty ) adalah usia 3 bulan. Usia ini dipilih mengingat pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut maka pengucapan huruf bibir sudah terlanjur salah sehingga kalau dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap menjadi kurang sempurna.
Operasi untuk langit-langit ( palatoplasty ) optimal pada usia 18 – 20 bulan mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah. Palatoplasty dilakukan sedini mungkin ( 15-24 bulan ) sebelum anak mulai bicara lengkap sehingga pusat bicara di otak belum membentuk cara bicara. Kalau operasi dikerjakan terlambat, sering hasil operasi dalam hal kemampuan mengeluarkan suara normal atau tidak sengau sulit dicapai. Operasi yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan speech teraphy karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada saat bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang salah. Bila gusi juga terbelah ( gnatoschizis ) kelainannya menjadi labiognatopalatoschizis, koreksi untuk gusi dilakukan pada saat usia 8–9 tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli ortodonsi.


3.      Tahap setelah operasi.
Tahap selanjutnya adalah tahap setelah operasi, penatalaksanaanya tergantung dari tiap-tiap jenis operasi yang dilakukan, biasanya dokter bedah yang menangani akan memberikan instruksi pada orang tua pasien misalnya setelah operasi bibir sumbing luka bekas operasi dibiarkan terbuka dan tetap menggunakan sendok atau dot khusus untuk memberikan minum bayi. Banyaknya penderita bibir sumbing yang datang ketika usia sudah melebihi batas usia optimal untuk operasi membuat operasi hanya untuk keperluan kosmetika saja sedangkan secara fisiologis tidak tercapai, fungsi bicara tetap terganggu seperti sengau dan lafalisasi beberapa huruf tetap tidak sempurna, tindakan speech teraphy pun tidak banyak bermanfaat.















2.4 Definisi Atresia Esofagus
Atresia berarti buntu, atresia esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang atau muara (buntu), pada esofagus (+). Pada sebagian besar kasus atresia esofagus ujung esofagus buntu, sedangkan pada ¼ -1/3 kasus lainnya esophagus bagian bawah berhubungan dengan trakea setinggi karina (disebut sebagai atresia esophagus dengan fistula). Kelainan lumen esophagus ini biasanya disertai dengan fistula trakeoesofagus. Atresia esofagaus sering disertai kelainan bawaan lain, seperti kelainan jantung, kelainan gastroin testinal (atresia duodeni atresiasani), kelainan tulang (hemivertebrata).
Atresia esophagus adalah malpormasi yang disebabkan oleh kegagalan esophagus untuk mengadakan pasase yang kontinu: esophagus mungkin saja atau mungkin juga tidak membentuk sambungan dengan trakea  (fistula trakeoesopagus) atau atresia esophagus adalah kegagalan esophagus untuk membentuk  saluran kotinu dari faring kelambung selama perkembangan embrionik adapun pengertian lain yaitu bila sebuah segmen esophagus mengalami gangguan dalam pertumbuhannya ( congenital)  dan tetap sebagai bagian tipis tanpa lubang saluran.
Fistula trakeo esophagus adalah hubungan abnormal antara trakeo dan esofagus .Dua kondisi ini biasanya terjadi bersamaan, dan mungkindisertaioleh anomaly lain sepertipenyakitjantung congenital. Untuk alasan yang tidak diketahui  esophagus dan trakea gagal untuk berdeferensiasi dengan tepat selama gestasi pada minggu keempat dan kelima. Atresia Esofagus termasuk kelompok  kelainan congenital terdiri dari gangguan kontuinitas esophagus dengan atau tanpa hubungan persisten dengan trachea. Jenis kelamin laki-laki memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan pada perempuan untuk mendapatkan kelainan atresia esophagus. Rasio kemungkinan untuk mendapatkan kelainan esophagus antara laki-laki dan perempuan adalah sebesar 1,26:1. Atresia esophagus dan fistula trakeoesofagus adalah kelainan kongenital pada neonatus yang dapat didiagnosis pada waktu-waktu awal kehidupan. Beberapa penelitian menemukan insiden atresia esophagus lebih tinggi pada ibu yang usianya lebih muda dari 19 tahun dan usianya lebih tua dari 30 tahun, dimana beberapa penelitian lainnya juga mengemukakan peningkatan resiko atresia esophagus terhadap peningkatan umur ibu.

2.5 Penyebab Atresia Esfofagus
Sampai saat ini belum diketahui zat teratogen apa yang bisa menyebabkan terjadinya kelainan atresia esophagus, hanya dilaporkan angka rekuren sekitar 2 % jika salah satu dari saudara kandung yang terkena. Atresia esophagus lebih berhubungan dengan sindroma trisomi 21,13 dan 18 dengan dugaan penyebab genetik. Namun saat ini, teori tentang terjadinya atresia esophagus menurut sebagian besar ahli tidak lagi berhubungan dengan kelainan genetik. Perdebatan tentang proses embriopatologi masih terus berlanjut.
Selama embryogenesis proses elongasi dan pemisahan trakea dan esophagus dapat terganggu. Jika pemisahan trekeoesofageal tidak lengkap maka fistula trakeoesofagus akan terbentuk. Jika elongasi melebihi proliferasi sel sebelumnya, yaitu sel bagian depan dan belakang jaringan maka trakea akan membentuk atresia esophagus.
Atresia esophagus dan fistula trakeoesofagus sering ditemukan ketika bayi memiliki kelainan kelahiran seperti :
Ø  Trisomi
Ø  Gangguan saluran pencernaan lain (seperti hernia diafragmatika, atresia duodenal, dan anus imperforata).
Ø  Gangguan jantung (seperti ventricular septal defect, tetralogifallot, dan patent ductus arteriosus).
Ø  Gangguan ginjal dan saluran kencing (seperti ginjal polisistik atau horseshoe kidney, tidak adanya ginjal,dan hipospadia).
Ø  Gangguan Muskuloskeletal
Ø  Sindrom VACTERL (yang termasuk vertebr, anus, candiac, tracheosofagealfistula, ginjal, dan abnormalitas saluran getah bening).
Ø  Lebih dari setengah bayi dengan fistula atau atresia esophagus memiliki kelainan lahir

Atresia Esophagus dapat disebababkan oleh beberapahal, diantaranya sebagai berikut :
Ø  Faktorobat => Salah satu obat yang dapat menimbulkan kelainan congenital yaitu thali domine .
Ø  Faktor radiasi =>Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat menimbulkan kelainan congenital pada janin yang dapat menimbulkan mutasi pada gen
Ø  Faktor gizi           
Ø  Deferensasi usus depan yang tidak sempurna dan memisahkan dari masing –masing menjadi esophagus dan trachea .          
Ø  Perkembangan selendoteal yang lengkap sehingga menyebabkan terjadinya atresia.          
Ø  Perlengkapan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga terjadi fistula trachea esophagus
Ø  Tumor esophagus.
Ø  Kehamilan dengan hidramnion
Ø  Bayi lahir prematur,
Tapi tidak semua bayi yang lahir premature mengalami penyakit ini. Dan ada alasan yang tidak diketahui mengapa esefagus dan trakea gagal untuk berdiferensiasi dengan tepat selama gestasi pada minggu keempat dan ke  lima.
Ø  Tanda dan Gejala
1.         Batuk ketika makan atau minum
2.          Bayi menunjukkan kurangnya minat terhadap makanan atau ketidak mampuan untuk menerima nutrisi yang cukup (pemberian makan yang buruk)
3.          Gelembung berbusa putih di mulut bayi
4.         Memiliki kesulitan bernapas
5.          Memiliki warna biru atau ungu pada kulit dan membrane mukosa karena kekurangan oksigen (sianosis)
6.         Meneteskan air liur
7.         Muntah-muntah
8.          Biasanya disertai hidramnion (60%) danhalini pula yang menyebabkan kenaikan frekuensi bayi lahir prematur, sebaiknya dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa kehamilan ibu diertaihidramnion hendaknya dilakukan kateterisasi esofagus. Bila kateterter henti pada jarak ≤ 10 cm, maka di duga atresia esofagus.
9.          Bila pada bbl Timbul sesak yang disertai dengan air liur yang meleleh keluar, di curigai terdapat atresia esofagus.
10.      Segera setelah di beri minum, bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis karena aspirasi cairan kedalam jalan nafas.
11.      Pada fistula trakeosofagus, cairan lambung juga dapat masuk kedalam paru, oleh karena itu bayi sering sianosis

2.6 Penanganan Masalah Atresia Esofagus
Pasang sonde lambung no. 6 – 8 F yang cukup halus. Dan radiopak sampai di esophagus yang buntu.Laluisap air liur secara teratur setiap 10 – 15 menit.
Pada Gross type II, tidur terlentang kepala lebih tinggi. Pada Gross type I, tidur terlentang kepala lebih rendah. Bayi dipuasakan dan diinfus.Kemudian segera siapkan operasi.(FKUI.1982). 
Pemberian minum baik oral/enteral merupakan kontra indikasi mutlak untuk bayi ini. Bayi sebaiknya ditidurkan dengan posisi “prone”/telungkup, dengan posisi kepala 30o lebih tinggi. Dilakukan pengisapan lender secara berkala, sebaiknya dipasang sonde nasogastrik untuk mengosongkan the blind-end pouch. Bila perlu bayi diberikan dot agar tidak gelisah atau menangis berkepanjangan.
Penderita atresia esophagus seharusnya ditengkurapkan untuk mengurangi kemungkinan isi lambung masuk kedalam paru-paru. Kantong esophagus harus secara teratur dikosongkan dengan pompa untuk mencegah aspirasi sekret.Perhatian yang cermat harus diberikan terhadap pengendalian suhu, fungsi respirasi dan pengelolaan anomaly penyerta kadang-kadang, kondisi penderita mengharuskan operasiter sebut dilakukan secara bertahap:
Tahap pertama biasanya adalah pengikatan fistula dan pemasukan pipa gastrotomi untuk memasukkan makanan,        
Tahap kedua adalah anastomosis primer, makanan lewat mulut biasanya dapat diterima.Esofagografi pada hari ke 10 akan menolong menilai keberhasilan anastomosis.
Malformasi struktur trachea sering ditemukan pada penderita atresia dan fistula esophagus.Trakeomalasia, pneumonia aspirasi berulang, dan penyakit saluran nafas reaktif sering ditemukan.Perkembangan trakheanya normal jika ada fistula, stenosis esophagus dan refluksgastro esophagus berat lebih sering pada penderita ini.
Pengobatan pada atresia etsophagus setelah dirujuk, yaitu antara lain:
Ø Keperawatan: Sebelum dilakukan operasi, bayi diletakkan setengah duduk untuk mencegah terjadinya regurgitasi cairan lambung kedalam paru, cairan lambung harus sering diisap untuk mencegah aspirasi.
Ø  Medik: Pengobatan dilakukan dengan operasi. Pada penderita atresia anus ini dapat diberikan pengobatan sebagai berikut:          
    ü Fistula yaitu dengan melakukan kolostomia sementara dan setelah 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus  
    ü  Eksisi membran anal










BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Labioskizis/Labiopalatoskizis yaitu kelainan kotak palatine (bagian depan serta samping muka serta langit-langit mulut) tidak menutup dengan sempurna. Merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa embrional berkembang, bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu.
Atresia esophagus merupakan suatu kelainan congenital dengan variasi fistulatrak eoesofageal maupun kelainan congenital lainnya. Atresia  esofagus yang dapat dicurigai sejak kehamilan, dan di diagnose segera setelah bayi baru lahir. Bahaya utama pada atresia esophagus adalah resiko aspirasi, sehingga perlu dilakukan suction berulang.Penatalaksanaanya pada atresia esophagus adalah pembedahan, tetapi tetap dapat meninggalkan komplikasi lebih lanjut yang berhubungan dengan gangguan motilitas esofagus.

3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami mengenai labioskiziz,,labiospalatoskiziz, dan atresia esophagus bagian-bagiannya serta dapat mengaplikasikan asuhan yang diberikan. Dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan  oleh karena itu Kami mohon saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya

DAFTAR PUSTAKA
  
Ngastiyah. 2005. PerawatanAnakSakit. EGC: Jakarta.
Ngatsiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Peenerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Sacharin, Rosa M.1996.PrinsipKeperawatanPediatrik. EGC: Jakata.
Sudarti dan Endang Khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita. Nuha Medika. Yogyakarta.
Sudarti. 2010. Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Nuha Medika. Yogyakarta.
Wong, Donna L. 2003. PedomanKlinisKeperawatnPediatrik. EGC: Jakarta.

0 komentar: