KONSELING DAN KIE

                                  KONSELING
1. Pengertian
          Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya. Disamping itu dapat membuat klien merasa puas. Konseling yang baik juga akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB. Konseling juga akan mempengaruhi interaksi antara petugas dan klien karena dapat meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang sudah ada. (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi ke 3. Hlm: U-1).
            Konseling adalah pertemuan tatap muka antara dua pihak, dimana satu pihak membantu pihak lain untuk mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya sendiri dan kemudian bertindak sesuai keputusannya. (dyah noviawati setya arum, panduan lengkap pelayanan KB Terkini,2009 hlm: 42)
            Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan keluarga berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu kali kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan (dyah noviawati setya arum, panduan lengkap pelayanan KB Terkini,2009 hlm: 45)

Istilah konseling berasal dari bahasa Inggris “to counsel”. yang secara etimologis konseling  berarti “to give advice” (Homby: 1958:246)atau memberi saran dan nasihat.Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru/konselor dengan klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahakn dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang optimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
Menurut Burks dan Stefflre, konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor  terlatih dan seorang klien. Hubungan ini biasanya dilakukan orang perorang.
       Menurut  American Psychological Assosation (APA), konseling merupakan suatu hubungan timbal balik antara konselor (bidan) dengan konseli yang bersifat profesional baik secara individu ataupun kelompok,yang dirancang untuk membantu konseli mencapai perubahan yang  berarti dalam kehidupan.
Menurut Gustad (1953), konseling merupakan suatu proses yang mempunyai orientasi pada belajar,dilakukan dalam lingkungan sosial dari seseorang kepada orang lain (konselor kepada konseli), dengan memberikan bantuan secara profesinal (memilki pengetahuan dalam bidangnya), serta memabntu konseli dengan metode yang disesuainkan kebutuhan masalah yang dihadapi klien,  agar klien dapat memahami dan menggunakan pengertiannya atas tujuan yang ditetapkan bersama dalam proses konseling secara wajar dan dihayati, akhirnya konseli dapat menjadi anggota masyarakat yang lebih produktif dan bahagia
 Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008: 802) konseling berarti pemberian bimbingan oleh orang yang ahli kepada seseorang dengan menggunakan metode psikologis. Sedangkan dalam situs Wikipedia bahasa Indonesia, konseling adalah “proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (konsele) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Frank Parsons di tahun 1908 saat ia melakukan konseling karier. Selanjutnya juga diadopsi oleh Carl Rogers yang kemudian mengembangkan pendekatan terapi yang berpusat pada klien ( client centered  ).

Shertzer dan Stone ( 1980 ) telah membahas berbagai definisi yang terdapat di dalam literatur tentang konseling. Dari hasil bahasannya itu, mereka sampai pada kesimpulan, bahwa Counseling is an interaction process which facilitates meaningful understanding of self and environment and result in the establishment and/or clarification of goals and values of future behavior.
Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antar konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya ( Achmad, 2006: 10 ).

2. Tujuan
    a)      Memberikan informasi yang tepat serta obyektif mengenai berbagai metode mengenai kontrasepsi sehingga klien mengetahui manfaatnya.
      b)     Mengidentifikasi dan menampung perasaan-perasaan negative, keraguan atau kekhawatiran sehubungan dengan metode kontrasepsi
      c)      Membantu klien memilih metode kontrasepsi yang terbaik bagi mereka sehingga aman dan sesuai dengan keinginan klien
    d)     Membantu klien agar menggunakan cara kontrasepsi yang mereka pilih secara aman dan efektif
    e)      Member informasi tentang cara mendapatkan bantuan dan tempat pelayanan Keluarga Berencana
    f)       Khususnya Kontrasepsi mantap, menyeleksi calon akseptor yang sesuai dan metode kontrasepsi alternatif  
   g)      Memahami diri secara lebih baik
h  h)     Mengarahkan perkembangan diri sesuai dengan potensinya
    i)        Lebih realistis dalam melihat diri dan masalah yang dihadapi sehingga:
1)      Mampu memecahkan masalah secara kreatif dan produktif
2)      Memiliki taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimiliki
3)      Terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan salah penyesuaian diri
4)      Mampu menyesuaikan dengan situasi dan lingkungan
5)      Memperoleh dan merasakan kebahagian (dyah noviawati setya arum, panduan lengkap pelayanan KB Terkini,2009 hlm: 43-44)
  •         Meningkatkan penerimaan
            Informasi yang benar, diskusi bebas dengan cara mendengarkan, berbicara dan komunikasi non verbal meningkatkan penerimaan KB oleh klien.
  •     Menjamin pilihan yang cocok
            Konseling menjamin bahwa petugas dan klien akan memilih cara yang terbaik sesuai dengan keadaan kesehatan dan kondisi klien.
  •       Menjamin penggunaan cara yang efektif       
            Konseling yang efektif diperlukan agar klien mengetahui bagaimana menggunakan cara KB yang benar, dan bagaimana mengatasi informasi yang keliru dan/isu-isu tentang cara tersebut.
  •    Menjamin kelangsungan yang lebih lama
            Kelangsungan pemakaian cara KB akan lebih baik bila klien ikut memilih cara tersebut, mengetahui bagaimana cara kerjanya dan bagaimana mengatasi efek sampingnya. Kelangsungan pemakaian juga lebih baik bila ia mengetaui bahwa ia dapat berkunjung kembali seandainya ada masalah. Kadang-kadang klien hanya ingin tahu kapan ia harus kembali memperoleh pelayanan. (dyah noviawati setya arum, panduan lengkap pelayanan KB Terkini,2009 hlm: 45-46)

·         Mencapai kesehatan psikologi yang positif.
·         Memecahkan masalah meningkatkan efektifitas pribadi individu.
·         Membantu perubahan pada diri individu yang bersangkutan.
·         Membantu mengambil keputusan secara tepat dan cermat.
·         Adanya perubahan prilaku dari yang tidak menguntungkan menjadi menguntungkan.  
            Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, ditujukan agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Sebagai manusia yang normal di dalam setiap diri individu selain memiliki hal-hal yang positif tentu ada yang negatif. Pribadi yang sehat ialah apabila ia mampu menerima dirinya sebagaimana adanya dan mampu mewujudkan hal-hal positif sehubungan dengan penerimaan dirinya itu.Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan ditujukan agar peserta mengenal lingkungannya secara objektif, baik lingkungan sosial dan ekonomi, lingkungan budaya yang sangat sarat dengan nliai-nilai dan norma-norma, maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis pula.Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan ditujukan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengabil keputusan tentang masa depan dirinya, baik yang menyangkkut bidang pendidikan, bidnag karir, maupun bidnag budaya, keluarga dan masyarakat (Prayito, 1998: 24).

3. Jenis-Jenis Konseling
    a)      konseling KB dilapangan  (nonklinik)
            Dilaksanakan oleh para petugas dilapangan yaitu PPLKB, PLKB, PKB, PPKBD, Sub PPKBD, dan Kader yang sudah mendapatkan pelatihan konseling yang standar. Tugas utama dipusatkan pada pemberian informasi KB, baik dalam kelompok kecil maupun secara perorangan. Adapun informasi yang diberikan mencakup:
·         pengertian manfaat perencanaan keluarga.
·         Proses terjadinya kehamilan/reproduksi sehat.
·         Informasi berbagai kontrasepsi yang benar dan lengkap (cara kerja, manfaat, kemungkinan efek samping, komplikasi, kegagalan, kontra indikasi, tempat kontrasepsi bisa diperoleh, rujukan, serta biaya).
    b)      Konseling KB diklinik
            Dilaksanakan oleh petugas medis dan paramedic terlatih diklinik yaitu dokter, bidan, perawat serta bidan desa. Pelayanan konseling yang dilakukan diklinik diupayakan agar diberikan secara perorangan diruangan khusus.
Pelayanan konseling diklinik dilakukan untuk melengkapi dan sebagai pemantapan hasil konseling dilapangan, mencakup hal-hal berikut.
·         Memberikan informasi KB yang lebih rinci sesuai dengan kebutuhan klien.
·         Memastikan bahwa kontrasepsi pilihan klien telah sesuai dengan kondisi kesehatannya.
·         Membantu klien memilih kontrasepsi lain seandainya yang dipilih ternyata tidak sesuai dengan kondisi kesehatannya.
·         Merujuk klien seandainya kontrasepsi yang dipilih tidak tersedia diklinik atau jika klien membutuhkan bantuan medis dari ahli seandainya dalam pemeriksaan ditemui masalah kesehatan lain.
·         Memberikan konseling pada kunjungan ulang untuk memastikan bahwa klien tidak mengalami keluhan dalam penggunaan kontrasepsi pilihannya. (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi ke 3. Hlm: U-2).

   1)      Konseling KB awal atau pendahuluan
            Dilakukan pada mereka yang sama sekali belum tahu KB, belum mengerti Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).
   2)      Konseling KB pemilihan cara
            Dilakukan pada mereka yang sudah mengerti NKKBS dan membutuhkan pertolongan atau bantuan dalam memilih cara-cara atau alat /obat kontrasepsi, misalnya: karena belum tahu, pengetahuannya masih kurang lengkap, atau bisa juga karena pengetahuannya kurang tepat atau keliru.
   3)      Konseling KB pemantapan
            Dilakukan pada mereka yang sudah memahami. Tujuannya ialah supaya yakin bahwa obat/alat kontrasepsi yang akan dipakainya sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya, tahu kemungkinan efek samping dan cara mengatasinya. Pada konseling ini sudah dilengkapi dengan hasil pemeriksaan kesehatan dan keterangan diri (nama, jumlah anak, riwayat kesehatan) yang diperlukan untuk mengetahui cocok tidaknya memakai alat/obat kontrasepsi
 
   4)      Konseling KB pengayoman
            Dilakukan pada mereka yang sudah memakai alat kontrasepsi. Tujuannya adalah untuk mengatasi masalah yang timbul sesudah memakai alat kontrasepsi, misalnya karena pengaruh dari luar (mendengar gunjingan, melihat pengalaman orang lain yang kurang enak). Bisa juga dilakukan pada mereka yang tadinya sudah memahami dan ingin memiliki KKBS (Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera), memakai alat kontrasepsi, tapi kemudian berubah pendapat karena alasan tertentu (bercerai, kematian anak, dan sebagainya)

   5)      Konseling KB perawatan/pengobatan
            Dilakukan pada mereka yang mengalami kegoncangan emosi atau gangguan kejiwaan akibat keinginannya untuk memiliki KKBS maupun karena memakai alat kontrasepsi.
Dapat juga jenis konseling dibedakan sebagai berikut:
·         Konseling umum (missal: oleh PLKB)
            Penjelasan umum dari berbagai metode kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara kontrasepsi, tujuan, dan fungsi reproduksi keluarga.
·         Konseling spesifik (misal: oleh dokter/bidan/konselor)
            Penjelasan spesifik tentang metode yang diinginkan, alternatif, keuntungan, keterbatasan, akses, dan fasilitas layanan.
·         Konseling pra dan pasca tindakan
            Penjelasan spesifik tentang prosedur yang akan dilaksanakan (pra, selama, dan pasca) serta penjelasan lisan/intruksi tertulis asuhan mandiri. (dyah noviawati setya arum, panduan lengkap pelayanan KB Terkini,2009 hlm: 44-46)

4. Langkah-Langkah Konseling
            Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang baru, hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU  TUJU. Penerapan SATU  TUJU tersebut tidak perlu dilakukan secara berurutan karena petugas harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. Beberapa klien membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah yang satu disbanding dengan langkah yang lainnya. Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai berikut.
·         SA: SApan dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yang nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
·         T: Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara mengenai pengalaman Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Berikan perhatian kepada klien apa yang disampaikan klien sesuai dengan kata-kata, gerak isyarat dan caranya. Coba tempatkan diri kita didalam hati klien. Perlihatkan bahwa kita memahami. Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien, kita dapat membantunya.
·         U: Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia inginkan, serta jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada. Juga jelaskan alternative kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien. Uraikan juga mengenai resiko penularan HIV/AIDS dan pilihan metode ganda.
·         TU: BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapilah secara terbuka. Petugas membantu klien mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien terhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah pasangannya akan mengenai pilihan tersebut kepada pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa klien telah membuat suatu keputusan yang tepat. Petugas dapat menanyakan apakah anda sudah memutuskan pilihan jenis kontrasepsi? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih yang akan digunakan?
·         J: Jelaskan secara lengkap bagaiman menggunakan kontrasepsi pilihannya. Setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan, perlihatkan alat/obat kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana alat/obat kontrasepsi tersebut digunakan dan bagaimana cara penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien untuk bertanya dan petugas menjawab secara jelas dan terbuka. Beri penjelasan juga tentang manfaat ganda metode kontrasepsi, misalnya kondom yang dapat mencegah infeksi menular seksual (IMS). Cek pengetahuan klien tentang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji klien apabila dapat menjawab dengan benar.
·         U: Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu masalah. (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi ke 3. Hlm: U-3-U-4).

            Gallen dan Leitenmaier (1987) memberikan satu akronim yang dapat dijadikan panduan bagi petugas klinik KB untuk melakukan konseling. Akronim tersebut adalah GATHER yang merupakan singkatan dari :
·         G : Greet
Berikan salam, mengenalkan diri dan membuka komunikasi.
·         A : Ask atau Assess
Menanyakan keluhan atau kebutuhan pasien dan menilai apakah keluhan/keinginan yang disampaikan memang sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
·         T : Tell
Beritahukan bahwa persoalan pokok yang dihadapi oleh pasien adalah seperti yang tercermin dari hasil tukar informasi dan harus dicarikan upaya penyelesaian masalah tersebut.
·         H : Help
Bantu pasien untuk memahami masalah utamanya dan masalah itu yang harus diselesaikan. Jelaskan beberapa cara yang dapat menyelesaikan masalah tersebut, termasuk keuntungan dan keterbatasan dari masing – masing cara tersebut. Minta pasien untuk memutuskan cara terbaik bagi dirinya.
·         E : Explain
Jelaskan bahwa cara terpilih telah diberikan atau dianjurkan dan hasil yang diharapkan mungkin dapat segera terlihat atau diobservasi beberapa saat hingga menampakkan hasil seperti yang diharapkan. Jelaskan pula siapa dan dimana pertolongan lanjutan atau darurat dapat diperoleh.
·         R : Refer dan Return visit
Rujuk apabila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai atau buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih telah diberikan.



KIE (KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI)
1. Tujuan KIE
   a)      Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai penambahan peserta baru
   b)      Membina pelestarian peserta KB
   c)      Meletakkan dasar bagi mekanisme sosiokultural yang dapat menjamin berlangsungnya proses penerimaan. (dyah noviawati setya arum, panduan lengkap pelayanan KB Terkini,2009 hlm: 41)

·         Untuk mendorong terjadinya proses perubahan perilaku kearah yang psitif, peningkatan pengetahuan, sikap dan praktis masyarakat (klien) secara wajar sehingga masyarakat melaksanakannya secara mantap sebagai perilaku yang sehat dan bertanggung jawab.
·         Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik KB sehingga tercapai penambahan peserta baru
·         Membina kelestarian peserta KB
·         Meletakkan dasar bagi mekanisme sosiokultural yang dapat menjamin berlangsungnya proses penerimaan. (sri handayani, Buku ajar pelayanan keluarga berencana. 2010. Hlm:44)

2. Jenis kegiatan KIE
a)      KIE massa
b)      KIE Kelompok
c)      KIE perorangan (dyah noviawati setya arum, panduan lengkap pelayanan KB Terkini,2009 hlm: 41)

3. Prinsip langkah KIE
   a)      Apa masalah/Topik?
   b)      Siapa peserta kegiatan
   c)      Sasaran kegiatan
   d)     Dimana dan berapa lama untuk mencapai sasaran
   e)      Metode apa yang paling sesuai
    f)       Perlengkapan apa yang paling dibutuhkan
   g)      Pertanyaan/pencarian klp apa yang dapat digunakan untuk member semangat/memulai kegiatan
   h)      Evaluasi efektifitas kegiatan
    i)        Mempersiapkan tempat
    j)        Melaksanakan kegiatan
   k)      Mengevaluasi kegiatan (dyah noviawati setya arum, panduan lengkap pelayanan KB Terkini,2009 hlm: 41)
 
   1)      Memperlakukan klien dengan baik, sopan dan ramah
   2)      Memahami, menghargai dan menerima keadaan ibu (status pendidikan, sosial, ekonomi dan emosi) sebagaimana adanya.
   3)      Memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami
   4)      Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari
   5)      Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan dan resiko yang dimiliki ibu. (dyah noviawati setya arum, panduan lengkap pelayanan KB Terkini,2009 hlm: 44-45).

0 komentar: